BAB II
TEORI KEPERAWATAN
2.1. Biografi Martha E. Rogers
Martha E. Rogers
dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dallas Texas, tertua dari 4
bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland
Kener Rogers. Dia menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxville pada
tahun 1936.
Pada tahun
1937 ia menerima gelar
B.S. dari perguruan tinggi George
Peabody di Nashville,Tennessee. (Tomey
& Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari universitas
Johns Hopkins di Baltimore. Rogers
adalah Profesor dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di Universitas New York mulai tahun 1954, disini Rogers fokus mengajar dan meninggal pada 13 Maret 1994,
pada umur 79.
2.2. Konsep Teori Martha E. Rogers
Dasar
teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi.
Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia
secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).
Keperawatan
adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa
manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum
dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis.
Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas
yang di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas
keperawatan merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak,
pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan
adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. (McEwen & Wills, 2011)
2.3. Asumsi teori Martha E. Rogers
Rogers dalam McEwen
& Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang terdiri dari lima
bagian, yaitu :
2.3.1. Unifield
whole is greater and different than the sum of part.
Manusia adalah system
yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang utuh dari dirinya dan
antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian dan merupakan penjumlahan
dari bagian-bagiannya..
2.3.2. Mutual
exchange of matter and energy.
Manusia dan
lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi keduanya. Individu
dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain.
Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
2.3.3. Unidirectionality:
life process does not reverse nor repeat.
Bahwa proses
kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu
kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak
akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
2.3.4. Pattern
and organization identify the human field.
Pola dan organisasi
mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan
suatu bentuk kesatuan yang inovatif
2.3.5. Human
beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation and emotion.
Manusia
mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur bahasa,
sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang
mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan inti teori Martha E. Rogers yang merupakan bagian
dari Building Blocks, yang terdiri dari: (Tomey
& Alligood, 1998).
a. Energy
Fields (Bidang
Energi)
Bidang
Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi
manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari
mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua
komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya.
b.
Universe
of Open System (Sistem terbuka).
Konsep
ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka, menyatu
antara satu dengan yang lainnya.
c. Pattern
(Pola)
Sifat
pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan
lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu
indikasi sakit atau penyakit.
d. Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia
yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola
dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang
tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian
didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang
tanpa batas.
Menurut
Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses
kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan
dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang
kemudian di kemukakannya. Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal,
yaitu :
a.
Resonancy
Prinsip
ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara manusia dan
lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola gelombang yang
ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi
yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
b.
Helicy
Prinsip
yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan lingkungan
adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis
pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan
bukan menyatakan ritmitasi.
c.
Integrality
Adalah
proses interaksi yang
menguntungkan antara manusia dan lingkungannya secara berkesinambungan.
2.4. Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual Martha E. Rogers
Rogers meletakan
sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia.
Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep
sentral adalah sebagai berikut :
2.4.1. Keperawatan
Rogers menyatakan
bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu manusia sebagai unit.
Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara
keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu
pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga
dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi
seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat
kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam
keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).
2.4.2. Kesehatan
Istilah kesehatan
digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya atau individu. Kesehatan
dan penyakit merupakan manifestasi pola dan diangap menunjukkan pola perilaku
yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang konsep sehat-sakit sebagai
suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan lingkungannya dalam proses yang
mendasar (Fitzpatrick dan Whall, 1986).
2.4.3. Lingkungan,
Lingkungan
sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang diidentifikasi
dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan mencakup
segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia. (Meleis
2007)
2.4.4. Manusia
Manusia merupakan
satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling
mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga
mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif
dalam perubahan. (Meleis, 2007).
2.5 KEGUNAAN PRINSIP ROGERS DALAM
PROSES KEPERAWATAN
Jika
profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan
individu sebagai respon
terhadap masalah kesehatan. Diharapkan,
praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika integrasi
manusia dan
lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan
integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan
lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992). Tujuan ini akan
tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam
tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data,
informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau
bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam
keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan
beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan
seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan
prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.
Untuk
mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk
prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan
waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan
ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu
memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi
perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam
proses kehidupan. Penilaian keperawatan adalah penilaian dari seluruh keadaan
manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental.
Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan
penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa
kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai
hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian
tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan
(Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola
kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya dengan
kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih tentang
keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang
diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin
tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan
membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan
keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini
akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu
dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit
sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani dengan
efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi, tindakan
penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.
Resonansi
mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan manusia
merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju
ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program
keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai
ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan
hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam
asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.
Contoh:
HUBUNGAN
PRINSIP HOMEODINAMIK PADA PROSES KEPERAWATAN
(George, Julia B.1995:241)
8.
Kelemahan
Rogers tentang homeodinamik
Walaupun
prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang
mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar
yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak.
Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang
jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep
dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan
perawat (Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan untuk pengembangan
hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang memadai
akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada
tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai
manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang
membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian,
penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.
(George, Julia B.1995:241)
2.5. Menggunakan
prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan aplikatif dalam pemberian asuhan
Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu
sebagai respon
terhadap masalah kesehatan.
Keberhasilan menggunakan
prinsip-prinsip
homeodinamik
memerlukan
pertimbangan perawat dalam
melibatkan klien pada
proses keperawatan.
(Alligood, 2006).
Dalam
tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip
Integrasi, seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir
dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola
gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy
sebagai pertimbangan.
Sebagai
hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian
tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan
(Roger, 1970 dalam Meleis, 2007).
Resonansi
mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu
ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak
maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan
di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan
munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup.
Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak
dapat tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan, melainkan
mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan keragaman dalam
individu. (Christensen,1995)
Dasar
teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi.
Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh, sehingga
pengkajian didasarkan pada lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip
hemodinamik Rogers dan yang
merupakan bagian dari Building
Blocks.
1.
Pengkajian berdasarkan lima asumsi dasar Martha E. Rogers
1).
Unifield whole is greater and
different than the sum of part.
Manusia
itu utuh antara satu dan yang lainnya berbeda.
·
Kaji karakteristik individu tang terlibat konflik
……………………………………………………………………………
·
Bagaimana
kemampuan koping individu dalam menghadapi masalah konflik?
……………………………………………………………………………
·
Bagaimana
Mekanisme koping apa yang digunakan ?
……………………………………………………………………………
2).
Mutual exchange of matter and
energy.
Manusia
dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi keduanya
yang saling mendukung
·
Kaji bentuk koping yang dimiliki individu?
…………………………………………………………………………
·
Bagaimana efek koping tersebut terhadap
lingkungan?
……………………………………………………………………………
·
Bagaimana efek individu terhadap lingkungan?
…………………………………………………………………………
·
Bagaimana efek Koping individu terhadap kelompok ?
……………………………………………………………………………
·
Bagaimana efek koping individu terhadap pelayanan
keperawatan ?
……………………………………………………………………………
3).
Unidirectionality: life process
does not reverse nor repeat.
Proses
kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu
kesatuan ruang waktu secara terus menerus.
·
Kaji pengalaman individu dalam konflik masa yang
lalu ?
……………………………………………………………………………
·
Kaji keberhasilan individu dalam mengatasi
masa lalu ?
……………………………………………………………………………
4).
Pattern and organization identify
the human field.
Pola
mengidentifikasi perilaku individu merupakan suatu
bentuk kesatuan yang inovatif
·
Identifikasi
pola dan gaya manajemen konflik dominan yang dimiliki individu
……………………………………………………………………………
·
Identifikasi
pola dan gaya manajemen konflik yang lain (penunjang) yang dimiliki individu
…………………………………………………………………………
·
Identifikasi
kesesuain antar gaya manajemen konflik dengan situasi konflik
……………………………………………………………………………
5).
Human beings have abstraction,
imagery, language, and thought, sensation and emotion.
Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan,
bertutur bahasa, sensasi dan emosi
·
Kaji bentuk respon emosional verbal dan non verbal yang ditampilkan individu sebagai akibat respon konflik
……………………………………………………………………………
·
Kaji support sistem yang mendukung individu di
lingkungan kewrjanya
……………………………………………………………………………
2.
Pengkajian berdasarkan Building Block Martha E. Rogers
1).
Energy Fields (Bidang Energi)
·
Kaji bagaimana interaksi karyawan dengan lingkungan dan rekan
kerjanya
…………………………………………………..………………………
2).
Universe
of Open System (Sistem terbuka).
·
Kaji hubungan interpersonal karyawan dengan rekan kerjanya
…………………………………………………..………………………
3). Pattern
(Pola)
·
Identifikasi
pola atau faktor-faktor lingkungan kerja yang membuat karyawan merasa bahagia,
senang bangga dalam melaksanakan tugasnya
…………………………………………………………………………..
·
Identifikasi
pola atau faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat memicu konflik
…………………………………………………………………………..
4). Pandimensionality (Empat
kedimensian)
·
Identifikasi
respon individu terkait dengan konflik yang dihadapi
…………………………………………………………………………
3.
Pengkajian berdasarkan
prinsip-prinsip hemodinamik Rogers:
1). Resonancy
·
Kaji
perubahan-perubahan sikap individu terhadap konflik yang ada
…………………………………………………………………………
·
Kaji
perubahan lingkungan dan suasana kerja terhadap konflik yang ada.........................................................................................................
·
Kaji
respon individu (sikap postif, negatif) terhadap semua perubahan
dalam lingkungan
kerjanya (perubahan kebijakan, sosialisasi sitem barudll)
…………………………………………………………………………
2). Helicy
·
Kaji
kemampuan individu dalam menghadapi konflik di lingkungan kerjanya
…………………………………………………………………………
·
Identifikasi
cara-cara yang dilakukan individu dalam mengelola konflik
…………………………………………………………………………
3). Integrity
·
Kaji
pengaruh dampak konflik terhadap individu
…………………………………………………………………………
·
Kaji
pengaruh dampak konflik terhadap kelompok
…………………………………………………………………………
·
Kaji
pengaruh dampak konflik terhadap pelayanan kesehatan
…………………………………………………………………………
Penerapan
teori Martha E. Roger sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan
dapat di perjelas dengan bagan sebagai berikut:
PENGKAJIAN
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
INTERVENSI/IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Terdiri dari:
1.
Area Pengkajian:
Dikaji tentang urutan fase antara individu dan lingkungan; riwayat sakit,
pengalaman sakit saat ini & yang akan datang.
2.
Data tambahan yang
meliputi kategori penyakit dan subsistem patologinya
3.
Pola penilaian secara
menyeluruh
|
Diagnosa
disesuaikan dengan kasus. Rogers mencantumkan beberapa pilihan diagnosa
antara lain: cemas (feeling), gangguan mobilisasi (moving), gangguan
pertukaran/respirasi (exchange, spiritual (nilai), gangguan Pola tidur dan
aktivitas (weaking), gangguan Seksual (relating)
|
Ditekankan pada 3 faktor:
resonancy, helicy dan integrity.
-
Resonancy adalah
perubahan secara kontinyu dari pola yang ada pada manusia dan lingkungan
-
Helicy adalah suatu
proses yang kontinyu, inovatif dan mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk
ditingkatkan karena adanya perbedaan antara manusia dan lingkungan
-
Integrity adalah
proses hubungan yang menguntungkan dan saling berkesinambungan
|
Proses
evaluasi berfokus pada persepsi ketidaksesuaian yang timbul setelah pola yang
dilakukan. Penilaian terhadap proses dilakukan secara terus menerus.
Manifestasi dari kecemasan, nyeri, ketakutan, sedih, dan kesedihan melibatkan
anggota keluarga
|
Contoh
Penerapan Teori Martha E. Rogers pada kasus di bawah ini:
Kasus:
Pasien
K (45 thn) Seorang kepala keluarga, Pengusaha batu belah, korban bencana tanah
longsor (Post op. Amputasi Hari Ke-3)
NO.
|
PENGKAJIAN
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
(MUTUAL PATTERN)
|
EVALUASI
|
||
Areas of Assesment
|
Supplementary Data
|
Appraisal Pattern
|
||||
1.
|
· Latar
belakang pendidikan pasien rendah
·
Bapak
merupakan tulang punggung keluarga
·
Dst
|
·
Pasien
post op. Amputasi Ankle Dextra (Hari Ke-3)
·
Integrasi
: pasien merasa tidak nyaman berada di RS
·
Resonansi
: pasien merasa tidak berguna dengan kondisinya saat ini
·
Helicy
: pasien merasa dengan amputasi yang dilakukan dia tidak bias beraktivitas
lagi
|
· Pasien
K merasa tidak layak bersama keluarga
· Pasien
K marah setiap didekati anggota keluarga
· Sejak
operasi selesai dilakukan Pasien K terlihat sering menangis, menarik diri,
tidak mau makan
|
Feeling:
-
Cemas b.d krisis
situasional sekunder terhadap tindakan amputasi
|
-
Anxiety Reduction
-
Coping Enhancement
-
Anticipatory Guidance
Integrasi :
·
Memberikan
lingkungan yang nyaman bagi pasien
Resonansi :
·
Memberikan
health education / pendidikan kesehatan tentang kecemasan yang dialaminya
Helicy :
·
Memberikan
motivasi untuk kesembuhannya
|
Integrasi :
pasien merasa nyaman dengan
lingkungan RS
Resonansi:
pasien tidak merasa cemas lagi
Helicy :
Pasien mampu menjalankan
perawatan untuk kesembuhan nya
|
2.6. Hubungan
teori keperawatan Martha E. Rogers dengan riset keperawatan
Model
konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki
hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya
memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut. Model
keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan.
Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan
mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya bekerja
sebagai perawat.
2.7. Hubungan
teori keperawatan Martha E. Rogers dengan pendidikan keperawatan
Pada
tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa
keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh
pengetahuan.
2.8. Hubungan
teori keperawatan Martha E. Rogers dengan praktik keperawatan.
Martha
E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya merupakan sebuah konsep yang
sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986)
mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya
berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers.
2.8.1. Pemberian kewenangan penuh dalam
hubungan perawat klien.
2.8.2. Menerima perbedaan sebagai
sesuatu yang wajar.
2.8.3. Penyesuaian terhadap pola.
2.8.4. Menggunakan modalitas gelombang
seperti lampu musik, pergerakan dalam proses penyembuhan.
2.8.5. Menunjukkan suatu perubahan yang
positif
2.8.6. Memperluas fase pengkajian dalam
proses keperawatan.
2.8.7. Menerima hubungan yang menyeluruh
dalam hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Tomey
A.M, Alligood M.R (1998). Nursing
theorists and their work. 4ed. USA : Mosby Inc
·
George, J.B. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional
Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
·
Fawcett,J.
(2005). Contemporary nursing knowledge:
Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories. 2nd ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company
- Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning &
documenting patient care, 3rd edition, FA. Davis.